Setelahberdirinya Dinasti Abbasiyah pada abad ke-8 yang berpusat di Kota Baghdad, kota tersebut menggeliat sebagai pusat ilmu pengetahuan. Buku pertama yang berhasil dicetak adalah Precationum, yakni sebuah buku doa-doa Arab Kristen. tradisi penulisan surat ini mewujud pada masa Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan tabiin. Namun, saat
Kami menyajikan informasi terkait Uraikan Tingkat Pertama Proses Penulisan Buku Pada Masa Abbasiyah. Malay Eljq88y09v41 Gambar Dari Http Eprints Iain Surakarta Ac Id 4689 1 Imam 20singgih 20romadhoni Pdf Gambar Dari Kelas Vii Smp Ips I Wayan Legawa Gambar Dari Pdf Kemunduran Dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah Serta Dampaknya Gambar Dari S P I Dinasti Abasiyyah Gambar Dari Rpp Bab 7 Docx Gambar Dari Itulah yang dapat kami bagikan terkait uraikan tingkat pertama proses penulisan buku pada masa abbasiyah. Admin blog Berbagai Buku 01 February 2019 juga mengumpulkan gambar-gambar lainnya terkait uraikan tingkat pertama proses penulisan buku pada masa abbasiyah dibawah ini. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Dinasti Abbasiyah Travel Gambar Dari Akhirnya Kutemukan Kebenaran Dr Sayyid Muhammad Al Tijani Al Samawi Gambar Dari Rpp Bab 7 Docx Gambar Dari Griya Buku Muslim 610 Photos 6 Reviews Bookstore Griya Gambar Dari Uraikan Tingkat Kedua Dari Proses Penulisan Buku Pada Masa Gambar Dari Kiai Abdul Wahid Hasyim Dan Pandangan Tentang Nu Kembali Ke Gambar Dari Bab 7 Perkembangan Islam Pada Masa Daulah Bani Abbasyiyah Gambar Dari S P I Dinasti Abasiyyah Gambar Dari Doc Perkembangan Islam Pada Masa Bani Umayyah Dan Bani Abbasiyah Gambar Dari Demikianlah pembahasan yang dapat kami sampaikan mengenai uraikan tingkat pertama proses penulisan buku pada masa abbasiyah. Terima kasih telah berkunjung ke blog Berbagai Buku 01 February 2019.
d Pendekatan dalam Peren canaan Penganggaran e. Proses Penyusunan Rencana Strategi Kementerian dan Lembaga 3. Perencanaan Pendidikan a. Konsep Perencanaan Pendidikan b. Proses Perencanaan Pendidikan c. Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Proses Perencanaan Pendidikan 4. Keadilan dalam Si stem Pendidikan a. Keadilan Pendidikan b.
Uraikan tingkat pertama proses penulisan buku pada masa abbasiyah1. Uraikan tingkat pertama proses penulisan buku pada masa abbasiyah2. Uraikan tingkat pertama proses penulisan buku pada masa abbasiyah3. uraikan tingkat pertama dari proses penulisan buku pada masa Abbasiyah4. uraikan dengan singkat proses lemahnya bani Abbasiyah5. jelaskan bagaimana proses pertama pembuatan buku pada masa khalifah Abbasiyah6. pada masa pemerintahan siapa di Abbasiyah yang melaksanakan penulisan buku7. Uraikan dengan singkat proses lemahnya bani abbasiyah8. Pengertian Wazir pada masa daulah abbasiyah dan wazir pertama pada masa daulah abbasiyah 9. uraikan tingkat kedua dari proses penulisan buku pada masa abbasiyah 10. Penulisan buku pada masa abbasiyah berjalan 3 tingkatan, jelaskan! 11. uraikan tingkat kedua dari proses penulisan buku pada masa abbasiyah 12. ilmuwan muslim yang dikenal sebagai penulis ensiklopedia kedokteran pertama pada masa Dinasti Abbasiyah adalah adalah​13. Uraikan tingkat kedua dari proses penulisan buku pada masa abbasiyah14. uraikan dengan singkat proses lemahnya bani abbasiyah15. penulisan buku pada masa abbasiyah berjalan 3 tingkatan jelaskan mengapa terjadi demikian16. uraikan tingkat kedua proses penulisan buku pada masa abbasiyah!​17. tuliskan dan jelaskan ada 3 tingkatan penulisan buku pada masa pemerintahan bani abbasiyah​18. penulisan buku pada masa abbasiyah berjalan 3 tingkatan jelaskan19. Uraikan tingkatan pertama penulisan buku pada massa abbasiyah20. uraikan dengan singkat proses lemahnya bani abbasiyah Perkembangan ilmu pengetahuan di masa AbbasiyahPada masa abbsiyah ini terdapat perkembangan ilmu pengetahuan, antara lain sebagai berikutMenerjemahkan buku-buku dari bahasa asing Yunani,Syiria Ibrani, Persia, India, Mesir, dan lain-lain ke dalam bahasa Arab. Buku-buku yang diterjemahkan meliputi ilmu kedokteran, mantiq logika, filsafat, aljabar, pesawat, ilmu ukur, ilmu alam, ilmu kimia, ilmu hewan, dan ilmu keagamaan seperti fikih, usul fikih, hadis, mustalah hadis, tafsir, dan ilmu bahasa semakin berkembang karena di zaman Bani Umayyah usaha ini telah dirintis. Pada masa ini muncul ulama-ulama terkenal seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Hambali, Imam Bukhari, Imam Muslim, Hasan Al Basri, Abu Bakar Ar Razy, dan lain-lain.[4]Sejak upaya penerjemahan meluas, kaum muslim dapat mempelajari ilmu-ilmu ilmu-ilmu itu langsung dalam bahasa arab sehingga muncul sarjana-sarjana muslim yang turut memperluas peyelidikan ilmiah, memperbaiki atas kekeliruaan pemahaman kesalahan pada masa lampau, dan menciptakan pendapat-pendapat atau ide penulisan buku pada masa abassiyah masih sangat jauh untuk diungkapkan secara detail 2. Uraikan tingkat pertama proses penulisan buku pada masa abbasiyah menerjemahkan buku2 dari bahasa asingyunani,syiria ibrani,persia,india,mesir,dan lainke dalam bahasa yg di terjemahkan meliputi ilmu kedokteran ,mantiqlogika,filsafat,aljabar,pesawat,ilmu ukur,ilmu alam,ilmu kimia,ilmu hewan,dan ilmu membantu yah 3. uraikan tingkat pertama dari proses penulisan buku pada masa Abbasiyah Pada masa abbsiyah ini terdapat perkembangan ilmu pengetahuan, antara lain sebagai berikutMenerjemahkan buku-buku dari bahasa asing Yunani,Syiria Ibrani, Persia, India, Mesir, dan lain-lain ke dalam bahasa Arab. Buku-buku yang diterjemahkan meliputi ilmu kedokteran, mantiq logika, filsafat, aljabar, pesawat, ilmu ukur, ilmu alam, ilmu kimia, ilmu hewan, dan ilmu keagamaan seperti fikih, usul fikih, hadis, mustalah hadis, tafsir, dan ilmu bahasa semakin berkembang karena di zaman Bani Umayyah usaha ini telah dirintis. Pada masa ini muncul ulama-ulama terkenal seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Hambali, Imam Bukhari, Imam Muslim, Hasan Al Basri, Abu Bakar Ar Razy, dan lain-lain.[4]Sejak upaya penerjemahan meluas, kaum muslim dapat mempelajari ilmu-ilmu ilmu-ilmu itu langsung dalam bahasa arab sehingga muncul sarjana-sarjana muslim yang turut memperluas peyelidikan ilmiah, memperbaiki atas kekeliruaan pemahaman kesalahan pada masa lampau, dan menciptakan pendapat-pendapat atau ide baru. 4. uraikan dengan singkat proses lemahnya bani Abbasiyah Hmm..yang aku tahu hanya saat itu,para petinggi Bani Abbasiyah yang bergelimpangan harta mewah,dan sudah lupa dengan islam semakin mendesak dan menyerang,terjadinya peperangan hebat dimana-manaDan kamu bisa lihat selengkapnya diinternetSemoga membantu 5. jelaskan bagaimana proses pertama pembuatan buku pada masa khalifah Abbasiyah Kemajuan yang dicapai pada masa kejayaan Islam, yakni terjadi pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyyah, dalam segala bidang, khususnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dll. Pada masa itu kemajuan ilmu pengetahuan begitu pesatnya, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya. 6. pada masa pemerintahan siapa di Abbasiyah yang melaksanakan penulisan buku Pada masa khalifah Al-Ma'munSemoga bermanfaat 7. Uraikan dengan singkat proses lemahnya bani abbasiyah Lemahnya bani abbasiyah karena Sudah banyak kerajaan Islam Yang berdiri pads saat itu Dan juga banyak yang melepaskan diri Dan mengatakan kemerdekaannya dari bani abbasyiah. Dan kerajaan Mongol lah yang menghabiskan seluruh kerajaan abbasyiahsemoga membantu. maaf kalau salah 8. Pengertian Wazir pada masa daulah abbasiyah dan wazir pertama pada masa daulah abbasiyah Wazir Perdana menteriWazir pertama=Khalid bin Barmaksmoga membantu 9. uraikan tingkat kedua dari proses penulisan buku pada masa abbasiyah tingkat ke-2 pada masa Abbasiyah merupakan pembukuan ide ide serupa hadis hadis dalam 1 buku,hukum hukum fiqih di1 buku,cerita sejarah di1 buku dan seterusnya. 10. Penulisan buku pada masa abbasiyah berjalan 3 tingkatan, jelaskan! 1. tingkatan pertama, yaitu dengan mencatat ide, percakapan, dan sebagainya di selembar kertas. ini tingkatan tingkat kedua, yaitu dengan pembukuan ide-ide yang serupa atau hadis-hadis Rasul dalam satu tingkat ketiga, ialah tingkat penyusunan yang lebih sempurna daripada kerja pembukuan, karena ditingkat ini segala yang sudah dicatat diatur dan disusun dalam bagian dan bab-bab tertentu serta berbeda satu dengan lainnya. 11. uraikan tingkat kedua dari proses penulisan buku pada masa abbasiyah tingkat ke-2 pada masa Abbasiyah merupakan pembukuan ide ide serupa hadis hadis dalam 1 buku,hukum hukum fiqih di1 buku,cerita sejarah di1 buku dan seterusnya. 12. ilmuwan muslim yang dikenal sebagai penulis ensiklopedia kedokteran pertama pada masa Dinasti Abbasiyah adalah adalah​JawabanAli bin Rabban At-TabbariPenjelasanSemoga membantu 13. Uraikan tingkat kedua dari proses penulisan buku pada masa abbasiyah Tingkat kedua yaitu, dengan pembukuan ide-ide yang serupa atau hadis-hadis rosul dalam satu bukusemoga membantu 14. uraikan dengan singkat proses lemahnya bani abbasiyah Roda kepemimpinan tidak selalu di kendalikan oleh orang atau sekelompok orang. Oleh karena itu, sering kali terjadi perubahan tatanan dalam suatu kepemimpinan yang menganggap bahwa perombakan adalah salah satu jalan untuk meraih kesejatian dalam kepemimpinan tersebut. Juga Wajar bila sering kali terjadi sebuah pemikiran pada suatu zaman mahsyur, namun pada zaman yang berbeda mengalami keredupan, atau sebaliknya. Pada periode tertentu dikutuk, pada saat yang lain dipuja habis-habisan.[1]Kondisi seperti itu mengisyaratkan bahwa potensi seseorang untuk menjadi yang terbaik adalah suatu semangat dalam mengarungi roda kehidupan kehidupan. Yang pasti adalah untuk meraih suatu kebaikan maka juga harus ditempuh melalui jalur yang baik pula. 15. penulisan buku pada masa abbasiyah berjalan 3 tingkatan jelaskan mengapa terjadi demikianJawabanSejarah Berdirinya Dinasti AbbasiyahDinasti Abbasiyah adalah sebuah negara Islam yang berdiri menggantikan kekuasaan Dinasti Umayyah. Nama Abbasiyah dinisbatkan kepada Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad[1]. Pendiri Dinasti Abbasiyah adalah Abdullah as-Safah bin Muhammad bin Ali bin Abdillah bin Abbasbin Abdul Muthalib atau yang lebih dikenal dengan nama Abu al-Abbas Kasih Klo Bener。•̀á´—-✧ 16. uraikan tingkat kedua proses penulisan buku pada masa abbasiyah!​Jawabantingkat ke-2 pada masa Abbasiyah merupakan pembukuan ide ide serupa hadis hadis dalam 1 buku,hukum hukum fiqih di1 buku,cerita sejarah di1 buku dan seterusnya. 17. tuliskan dan jelaskan ada 3 tingkatan penulisan buku pada masa pemerintahan bani abbasiyah​ tingkatan pertama, yaitu dengan mencatat ide, percakapan, dan sebagainya di selembar kertas. ini tingkatan tingkat kedua, yaitu dengan pembukuan ide-ide yang serupa atau hadis-hadis Rasul dalam satu tingkat ketiga, ialah tingkat penyusunan yang lebih sempurna daripada kerja pembukuan, karena ditingkat ini segala yang sudah dicatat diatur dan disusun dalam bagian dan bab-bab tertentu serta berbeda satu dengan 18. penulisan buku pada masa abbasiyah berjalan 3 tingkatan jelaskan tingkat pertama mencatat ide2 percakapan di selembarantingkat ke2 membukukan ide2 yang sama dan hadits2 rasul dalam 1 bukutingkat ke3 menyusun ide2 tersebut agar lebih sesuai dengan hadis2 rasululloh atau lebih lengkap dari pada pembukuan 19. Uraikan tingkatan pertama penulisan buku pada massa abbasiyah tingkat stu tingkat dua tingkat tiga 20. uraikan dengan singkat proses lemahnya bani abbasiyah lemahnya bani abbasiyah karena Sudah banyak kerajaan Islam Yang berdiri pads saat itu Dan juga banyak yang melepaskan diri Dan mengatakan kemerdekaannya dari bani abbasyiah. Dan kerajaan Mongol lah yang menghabiskan seluruh kerajaan abbasyiah lemah nya bani abasyah
Dimasa Abbasiyah, gaya lama dimodifikasi dan gaya baru diciptakan. Di masa Abbasiyah, gaya lama dimodifikasi dan gaya baru diciptakan. REPJABAR; REPJOGJA; RETIZEN; BUKU REPUBLIKA; Monday, 27 Safar 1443 / 04 October 2021. Menu. HOME; RAMADHAN Kabar Ramadhan; Puasa Nabi; Tips Puasa; Kuliner; Fiqih Ramadhan; Hikmah Ramadhan; Video; Infografis
iamerudite 1. tingkatan pertama, yaitu dengan mencatat ide, percakapan, dan sebagainya di selembar kertas. ini tingkatan tingkat kedua, yaitu dengan pembukuan ide-ide yang serupa atau hadis-hadis Rasul dalam satu tingkat ketiga, ialah tingkat penyusunan yang lebih sempurna daripada kerja pembukuan, karena ditingkat ini segala yang sudah dicatat diatur dan disusun dalam bagian dan bab-bab tertentu serta berbeda satu dengan lainnya. 24 votes Thanks 37
SejarahPendidikan Islam Pada Masa Bani Abbasiyah Created by Nur Azizah A. Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah Sejarah Bani Abbasiyah Pemerintahan dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al-Abbas, paman Rasulullas SAW, sementara Khalifah Pertama dalam pemerintahan ini adalah Abdullah. Get started for FREE Continue. Prezi. The Science;
Pendidikan pada Zaman Dinasti Abbasiyah BAB I PENDAHULUAN Berkembangnya pendidikan Islam erat kaitannya dengan sejarah Islam, karena proses pendidikan Islam telah berlangsung sepanjang sejarah Islam, dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya umat Islam. Melalui sejarah Islam pula, umat Islam bisa meniru pola pendidikan Islam pada masa lalu, sejak periode Nabi Muhammad SAW, sahabat dan ulama’ setelahnya. Islam mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan, terutama pada masa Dinasti Abbasiyah. yang ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah sekolah-sekolah formal serta universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Berbagai ilmu pengetahuan yang berrkembang melalui lembaga pendidikan itu sangat dominan pengaruhnya dalam membentuk pola kehidupan dan budaya kaum muslimin. Maka dari itu, dalam makalah ini penulis akan membahas tentang pendidikan pada zaman dinasti Abbasiyah. one. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah? 2. Apa saja tujuan pendidikan pada masa Dinasti Abbasiyah? three. Apa saja lembaga pendidikan yang ada pada masa Dinasti Abbasiyah? 4. Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah? one. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah 2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan pada masa Dinasti Abbasiyah 3. Untuk mengetahui lembaga pendidikan yang ada pada masa Dinasti Abbasiyah 4. Untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah BAB 2 PEMBAHASAN A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan, melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah, dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. [1]Dengan dasar pemikiran bahwa kekuasaan harus berasal dari keturunan yang berhubungan dengan Nabi Muhammad SAW, maka Abu Al-abbas Al Saffah yang di dukung oleh seorang panglima yang gagah perkasa, Abu Muslim al- Khurasani serta berbagai kelompok pemberontak, seperti kaum syiah, oposisi pimpinan al-mukhtar, dan lainnya, berhasil mengalahkan khalifah Bani Umayyah terakhir, yaitu Khalifah Marwan Ii pada tahun 750 One thousand/ 132 H. Dengan demikian, maka berdirilah Dinasti Abbasiyah. [2] Dibandingkan dengan dinasti islam lainnya, dinastti Abbasiyah tergolong yang paling lama berkuasa, yaitu mulai dari Abu al-Abbas Assaffah di tahun 750 G sampai dengan Al- Mu’tasim di tahun 1258. Dalam kurun waktu selama lebih dari lima abad tersebut, kepemimpinan dinasti Abbasiyah di pegang oleh lebih dari 37 khalifah. Namun dari 37 orang khalifah Bani Abbas tersebut ada lima khalifah yang paling terkenal, yaitu Abu al- Abbas al- Saffah, Abu Ja’far al- Mansur, al- Mahdi, Harun al- Rasyid, dan al- ma’mun. [three] B. Tujuan Pendidikan pada Masa Dinasti Abbasiyah Pada masa Nabi, masa khulafaur rasyidin dan bani umayah, tujuan pendidikan satu saja, yaitu keagamaan semata. Mengajar dan belajar karena Allah dan mengharap keridhoan-Nya. Namun pada masa abbasiyah tujuan pendidikan itu telah bermacam-macam karena pengaruh masyarakat pada masa itu. Tujuan itu dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Tujuan keagamaan dan akhlaq Sebagaiman pada masa sebelumnya, anak-anak dididik dan diajar membaca atau menghafal Al-Qur’an, ini merupakan suatu kewajiban dalam agama, supaya mereka mengikut ajaran agama dan berakhlak menurut agama. Para pemuda pada masa itu belajar dan menuntut ilmu supaya mereka dapat mengubah dan memperbaiki masyarakat, dari masyarakat yang penuh dengan kejahilan menjadi masyarakat yang bersinar ilmu pengetahuan, dari masyarakat yang mundur menuju masyarakat yang maju dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ilmu-ilmu yang diajarkan di Madrasah bukan saja ilmu agama dan Bahasa Arab, bahkan juga diajarkan ilmu duniawi yang berfaedah untuk kemajuan masyarakat. [4] three. Cinta akan ilmu pengetahuan Masyarakat pada saat itu belajar tidak mengaharapkan apa-apa selain dari pada memperdalam ilmu pengetahuan. Mereka merantau ke seluruh negeri islam untuk menuntut ilmu tanpa memperdulikan susah payah dalam perjalanan yang umumnya dilakukan dengan berjalan kaki atau mengendarai keledai. Tujuan mereka tidak lain untuk memuaskan jiwanya yang haus akan ilmu pengetahuan. Pada masa itu mereka menuntut ilmu supaya mendapatkan penghidupan yang layakdan pangkat yang tinggi, bahkan kalau memungkinkan mendapat kemegahan dan kekuasaan di dunia ini, sebagaimana tujuan sebagian orang pada masa sekarang ini. [5] C. Lembaga- lembaga Pendidikan pada Masa Dinasti Abbasiyah Selain masjid, kuttab, al- badiah, istana, perpustakaan, dan al-bimaristan, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pada zaman dinasti Abbasiyah ini telah berkembang pula lembaga pendidikan berupa toko buku, rumah para ulama, sanggar sastra, madrasah, perpustakaan dan observatorium, al-ribath, dan az-zawiah. 1. Al- Hawanit al- Warraqien Toko Buku Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa pada zaman Abbasiyah merupakan puncak kejayaan islam dalam bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan tersebut mendorong lahirnya para pengarang, dan lahirnya para pengarang mendorong lahirnya industri perbukuan, dan industri perbukuan mendorong lahirnya toko- toko buku. Di beberapa kota atau negara yang di dalamnya terdapat toko- toko buku, menggambarkan bahwa kota atau negara tersebut telah mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan. [6] two. Rumah-rumah para ulama ahli ilmu pengetahuan Walaupun sebelumnya ruumah bukanlah merupakan tempat yang baik untuk tempat memberikan pelajaran namun pada zaman kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaaan Islam, banyak juga rumah-rumah para ulama dan para ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hal itu pada umumnya disebebkan karena para ulama dan ahli yang bersangkutan yang tidak mungkin memberikan pelajaran dimesjid, sedangkan pelajar banyak yang berminat untuk mempelajari ilmu pengetahuan dari padanya. Diantara rumah ulama terkenal yang menjadi tempat belajar adalah rumah Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ali Ibnu Muhammad Al-Fasihi, Ya’qub Ibnu Killis, Wazir Khalifah Al-Aziz billah Al-Fatimy, dan lain-lainnya. [vii] iii. Al- Sholun al- Adabiyah Sanggar Sastra Al- Sholun al- Adabiyah sanggar sastra ini mulai tumbuh sederhana pada masa pemerintah Bani Umayyah, kemudian berkembang pesat pada zaman Abbasiyah, dan merupakan perkembangan lebih lanjut dari perkumpulan yang ada pada zaman khulafaurrasyidin. Hal ini sejalan dengan kebiasaan khalifah pada zaman islam yang biasanya merencanakan plan dalam urusan yang bersifat duniawi, namun meminta fatwa dari segi agama. Dan atas dasar ini, maka diantara syarat yang terpenting dari seorang khalifah adalah memiliki ilmu yang dibutuhkan untuk berijtihad. Secara harfiah madrasah berarti tempat belajar. Adapun dalam pengertian yang lazim digunakan, madrasah adalah lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah yang mengajarkan ilmu agama dan ilmu lainnya dengan menggunakan sistem klasikal. Dalam sejarah, madrasah ini mulai muncul di zaman khalifah Bani Abbas, sebagai kelanjutan dari pendidikan yang dilaksanakan di masjid dan di tempat lainnya. five. Perpustakaan dan Observatorium Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang terjadi di zaman Abbasiyah, maka didirikan pula perpustakaan, observatorium, serta tempat penelitian dan kajian ilmiah lainnya. Tempat- tempat ini juga digunakan sebagai tempat belajar mengajar dalam arti yang luas, yaitu belajar bukan dalam arti menerima ilmu dari guru sebagaimana yang umum dipahami, melainkan kegiatan belajar yang bertumpu pada aktivitas siswa, seperti belajar dengan cara memecahkan masalah, eksperimen, belajar sambil bekerja, dan penemuan. Kegiatan belajar yang demikian itu dilakukan bukan hanya di kelas, melainkan di lembaga- lembaga pusat kajian ilmiah. Tempat- tempat belajar yang demikian itu telah tumbuh di zaman khalifah Abbasiyah. [8] Secara harfiah al- ribath berarti ikatan yang mudah dibuka. Sedangkan dalam arti yang umum, al-ribath adalah tempat untuk melakukan latihan, bimbingan, dan pengajaran bagi calon sufi. Di dalam al-ribath tersebut terdapat berbagai ketentuan atau komponen yang terkait dengan pendidikan tasawuf, misalnya komponen guru yang terdiri dari syekh guru besar, mursyid guru utama, mu’id asisten guru, dan mufid fasilitator. Murid pada al-ribath dibagi sesuai dengan tingkatannya, mulai dari ibtidaiyyah, tsanawiyah, dan aliyah. Adapun bagi yang lulus diberikan pengakuan berupa ijazah. Az-zawiah secara harfiah berarti sayap atau samping. Sedangkan dalam arti yang umum, az-zawiah adalah tempat yang berada di bagian pinggir masjid yang digunakan untuk melakukan bimbingan wirid, dan zikir untuk mendapatkan kepuasan spiritual. Dengan demikian, az-zawiah dan al- ribath fungsinya sama, namun dari organisasinya al-ribath lebih khusus dari pada az-zawiah. [9] D. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Dinasti Abbasiyah Dinasti Abbasiyah merupakan salah satu dinasti Islam yang sangat peduli dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Upaya ini mendapat tanggapan yang sangat baik dari para ilmuwan. Sebab pemerintahan dinasti abbasiyah telah menyiapkan segalanya untuk kepentingan tersebut. Diantara fasilitas yang diberikan adalah pembangunan pusat-pusat riset dan terjemah seperti baitul hikmah, majelis munadzarah dan pusat-pusat study lainnya. Bidang-bidang ilmu pengetahuan umum yang berkembang antara lain Proses penerjemahan yang dilakukan umat Islam pada masa dinasti bani abbasiyah mengalami kemajuan cukup besar. Para penerjemah tidak hanya menerjemahkan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa-bangsa Yunani, Romawi, Persia, Syiuria tetapi juga mencoba mentransfernya ke dalam bentuk pemikiran. Diantara tokoh yang member andil dalam perkembangan ilmu dan filsafat Islam adalah Al-Kindi, Abu Nasr al-Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail, al-Ghazali dan Ibnu Rusyd. Ilmu kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah, pada masa itu telah didirikan apotek pertama di dunia, dan juga telah didirikan sekolah farmasi. Tokoh-tokoh Islam yang terkenal dalam dunia kedokteran antara lain Al-Razi dan Ibnu Sina. [10] Ilmu kimia juga termasuk salah satu ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh kaum muslimin. Mereka melakukan pemeriksaan dari gejala-gejala dan mengumpulkan kenyataan-kenyataan untuk membuat hipotesa dan untuk mencari kesimpulan-kesimpulan yang benar-benar berdasarkan ilmu pengetahuan diantara tokoh kimia yaitu Jabir bin Hayyan, ia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi, dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak. [xi] Diantara ilmu yang dikembangkan pada masa pemerintahan abbasiyah adalah ilmu hisab atau matematika. Ilmu ini berkembang karena kebutuhan dasar pemerintahan untuk menentukan waktu yang tepat. Dalam setiap pembangunan semua sudut harus dihitung dengan tepat, supaya tidak terdapat kesalahan dalam pembangunan gedung-gedung dan sebagainya. Tokohnya adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi. Pada masa ini sejarah masih terfokus pada tokoh atau peristiwa tertentu, misalnya sejarah hidup nabi Muhammad. Ilmuwan dalam bidang ini adalah Muhammad bin Sa’ad, Muhammad bin Ishaq. Ahli ilmu bumi pertama adalah Hisyam al-Kalbi, yang terkenal pada abad ke-ix M, khususnya dalam studynya mengenai bidang kawasan arab. Astronomi adalah ilmu yang mempelajari perjalanan matahari, bumi, bulan dan benda-benda angkasa. Tokoh astronomi Islam pertama adalah Muhammad al-fazani dan dikenal sebagai pembuat astrolob atau alat yang pergunakan untuk mempelajari ilmu perbintangan pertama di kalangan muslim. Selain al-Fazani banyak ahli astronomi yang bermunculan diantaranya adalah muhammad bin Musa al-Khawarizmi al-Farghani al-Bathiani, al-biruni, Abdurrahman al-Sufi. [12] Selain ilmu pengetahuan umum dinasti abbasiyah juga memperhatikan pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan antara lain Hadis adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah Al Qur’an. Karena kedudukannya itu, maka setiap muslim selalu berusaha untuk menjaga dan melestarikannya. Pada masa Abbasiyah, kegiatan pengkodifikasian/ pembukuan Hadits dilakukan dengan giat sebagai kelanjutan dari usaha para ulama penulisan hadis-hadis Nabi memunculkan tokoh-tokoh seperti Ibn Juraij, Malik ibn Anas, juga Rabi` ibn Sabib H dan ibn Al Mubarak due H. Al Quran adalah sumber utama dalam agama Islam. oleh karena itu semua perilaku umat Islam harus berdasarkan kepadanya, hanya saja tidak semua bangsa Arab memahami arti yang terkandung di dalamnya. Maka bangunlah para sahabat untuk menafsirkan, ada dua cara penafsiran, yaitu yang pertama, tafsir bi al ma`tsur, yaitu penafsiran Al Quran berdasarkan sanad meliputi al Qur’an dengan al Qur’an, al Qur’an dengan aL Hadits. Yang kedua, tafsir bi ar ra`yi, yaitu penafsiran Al Qur’an dengan mempergunakan akal dengan memperluas pemahaman yang terkandung didalamnya. Ahli tafsir bi al ma`tsur dipelopori oleh As Subdi H, Muqatil bin Sulaiman H, dan Muhamad Ishaq. Sedangkan tafsir bi ar ra`yi banyak dipelopori oleh golongan Mu` yang terkenal antara lain Abu Bakar al Asham H, Abu Muslim al Asfahani H dan Ibnu Jarwi al Asadi H. [xiii] Ilmu fikih dimasa Abbasiyah mengalami perkembangan yang cukup baik, ulama-ulama yang muncul pada saat itu dikenal dengan sebutan dengan “Imam Mazhab”. Karena kekuatan dan kemampuan mereka dalam menyimpulkan hukum-hukum dari berbagai masalah yang ada. Mazhab-mazhab fikih yang banyak diikuti oleh kaum muslimin di dunia yang muncul pada masa Abbasiyah adalah v Imam Abu Hanifah, karyanya Fiqhu Akbar, Al-Alim Wal Musta’an, dan Al-Masad. five Imam Malik, karyanya Kitab Al-Muwatta’, dan Al-Usul Equally-Sagir. five Imam Syafi’I, karyanya Al-Umm, Al-Isyarah, dan Usul Fiqih. v Imam Ahmad Ibnu Hambal, karyanya Al-Musnad, Jami’ Every bit-Sagir, dan Jami’ Al-Kabir. Ilmu tasawuf adalah ilmu syariat yang inti ajarannya menjauhkan diri dari kesenangan dunia dan mendekatkan diri kepada Allah. Diantara ulama ahli tasawuf adalah 5 Al-Qusyairi, karyanya Risalatul Qusyairiyah. five Syihabuddin, karyanya Awariful Ma’arif. 5 Imam Gazali, karyanya Ihya Ulumuddin. Perkembangan ilmu kalam terjadi seiring dengan genjarnya serangan orang-orang not-muslim yang ingin menjatuhkan Islam melalui olah fikir filsafat. Dan ulama yang terkenal di bidang ini adalah Hasan Al-Asyari, Washil bin Atha, dan Imam Syafi’i. [fourteen] BAB Iii PENUTUP Kekuasaan dinasti bani abbas, sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan dinasti bani Umayyah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw, dinasti ini didirikan oleh Abdullah Alsaffah Ibnu Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Al- Abbas. Tujuan pendidikan pada masa dinasti Abbasiyah yaitu tujuan keagamaan dan akhlaq, tujuan kemasyarakatan, cinta akan ilmu pengetahuan, dan tujuan kebendaan. Lembaga-lembaga pendidikan pada masa dinasti Abbasiyah diantaranya yaitu Al- Hawanit al- Warraqien Toko Buku, Rumah-rumah para ulama ahli ilmu pengetahuan, Al- Sholun al- Adabiyah Sanggar Sastra, Madrasah, Perpustakaan dan Observatorium, Al- Ribath, dan Az- zawiah. Ilmu pengetahuan pada masa dinasti Abbasiyah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Adapun ilmu pengetahuan umum yang berkembang pada masa itu antara lain filsafat, kedokteran, ilmu kimia, ilmu hisab, sejarah, ilmu bumi geografi, dan astronomi. Sedangkan ilmu agama yang juga mengalami perkembangan yaitu ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih, ilmu tasawuf, dan ilmu kalam. DAFTAR PUSTAKA Nata , Abuddin 2011 . Sejarah Pendidikan Islam . cetakan I. Dki jakarta Kencana Prenada Media Group. Elmisbah 10 Februari 201 vi . “ Sejarah Pendidikan Agama Islam Masa Abbasiyah ” . http// .co thou . Sajida 10 Februari 201 half-dozen . “ Sejarah Pendidikan Islam Masa Abbasiyah ”. http// sajidadotinggulo . wordpress. co thousand . x Februari 201 vi . “ Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti Abbasiyah ”. http// . [ii] Ab uddin Nata , Sejarah Pendidikan Islam , c etakan I Jakarta Kencana Prenada Media Group , two 011 , halaman 1 47 [three] Ibid , halaman 147-148 [one-half-dozen] Ab uddin, Sejarah Pendidikanhalaman 151-152 [7] Sajida , “ Sejarah PendidikanIslam Masa Abbasiyah ”, [8] Ab uddin, Sejarah Pendidikanhalaman 160-161 [9] Ibid , halaman 161-162 [ten] “ Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti Abbasiyah ”, http// di akses pada x Februari 201 6 . [xi] Vania Widyadhari , “ Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Abbasiyah ”, http// widyadharivania . blogspot .co .id di akses pada x Februari 201 6 . [12] “ Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti Abbasiyah ” [thirteen] Abdina , “ Pendidikan Islam Masa Abbasiyah ” [xiv] “ Tokoh Ilmuan Muslim pada Masa Abbasiyah ”, http// www . shekakau. co thousand di akses pada ten Februari 201 6 . Beberapajenis tema yang biasa dipakai dalam penulisan ialah autobiografi, atau tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif-neratif lainnya. Apabila kita memilih tema ekspositoris (yang bersifat informatif) maka tema tersebut akan diuraikan dalam suatu proses, misalnya bagaimana memimpin perusahaan, bagaimana beternak kelinci, bagaimana menanam
Uraikan Tingkat Pertama Proses Penulisan Buku Pada Masa Abbasiyah. Masa pemerintahan daulah abbasiyah merupakan masa kejayaan islam dalam berbagai bidang, kususnya bidang ilmu pengetahuan. Pada masa dinasti abbasiyah, penerjemahan kitab gencar Tingkat Pertama Proses Penulisan Buku Pada Masa Abbasiyah from itu dapat disimpulkan menjadi tiga tujuan,. Pada masa daulah abbasiyah, pendidikan berkembang dengan dibentuknya lembaga pendidikan berupa perpustakaan dan akademi, perpustakaan pada masa itu bukan. Pada masa dinasti abbasiyah, peradaban islam mencapai masa Ilmu Pengetahuan Pada Masa penulis buku pada zaman dinasti abbasiyah antara lain • tingkat tiga, tingkat penyusunan yang lebih halus dan paling sempurna. Pada masa dinasti abbasiyah, peradaban islam mencapai masa Masa Daulah Abbasiyah, Pendidikan Berkembang Dengan Dibentuknya Lembaga Pendidikan Berupa Perpustakaan Dan Akademi, Perpustakaan Pada Masa Itu masa dinasti abbasiyah didirikan rumah sakit yang juga dijadikan sebagai pusat kegiatan pengajaran ilmu kedokteran, sedangkan teorinya diajarkan di masjid dan. Pada masa ini, mulai dikenal khatt khafif tsuluts, khafif sulusain, riyasi, dan al. Rencana pelaksanaan pembelajaran rpp di masa pandemi ini berisi tentang perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan pada masa abbasiyah dengan Itu Dapat Disimpulkan Menjadi Tiga Tujuan,.Pada zaman ini umat islam telah banyak. Pada masa daulah abbasiyah merupakan masa keemasan the goldenage bagi umat masa itu umat islam telah mencapai puncak. Pada masa dinasti abbasiyah, penerjemahan kitab gencar Pemerintahan Daulah Abbasiyah Merupakan Masa Kejayaan Islam Dalam Berbagai Bidang, Kususnya Bidang Ilmu Pengetahuan.
Secaraumum, dalam pandangan Harun Nasution [18], proses perkembangan diwih melalui empat periode, yaitu periode Nabi, periode sahabat, periode ijtihad serta kemajuan, periode taklid dan kemunduran, dan periode kebangkitan kembali fiqih.Berkaitan dengan hal ini, Nurcholis Madjid, [19] mengatakan, "Dari suatu segi, ilmu fiqih, seperti halnya dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya, dapat dikatakan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pada masa dinasti Abbasiyah ini merupakan masa yang terkenal dengan masa perkembangan pendidikan. Pendidikan pada masa ini tidak terlepas dari peran besar seorang khalifah ke lima yaitu khalifah Harun Al-Rasyid. Khalifah Harus Al-Rasyid lahir di Ray pada tahun 150 Hijriah. Beliau merupakan putra daru Mahdi, yang merupakan Khalifah Abbasiyah dan ibunya adalah Khairuzan seorang ratudari Yaman. Pada masa pemerintahannya Khalifah Harun Al-Rasyid banyak berperan besar dalam pengembangan ilmu pengethuan dalam dunia pendidikan. Dibawah pemerintahan khalifah Harun Al-Rasyid, Bahgdad yang terkenal dengan toko-tokonya terus berkembang dengan adanya produksi kertas yang mulai diperkenalkan. Ini berawal dari para perajin dari China yang terampil membuat kertas sebagian menjadi tawanan yang ditangkap oleh pasukan Arab dalam perang Talas pada tahun 751 Hijriah. Sebagai tawanan mereka dikirim ke Samarkand dan disana pertama kalinya pabrik kertas di Arab. Pada akhirnya kertas menggantikan perkamen sebagai media untuk menulis dan produksi buku meningkat. Khalifah Harun sangat mendorong serta memfalitasi pembuatan buku-buku catatan. Beliau berusaha keras agar kertas dapat digunakan dalam catatan pemerintah, karena tulisan di kertas tidak dapat diubah atau dihapus dengan mudah. Pada masa kepemimpinanya muncul aliran bagdad dari kalangan iktizal dibawah pimpinan Bisyrilibn Mu’tamir yang merupakan seorang pemikir dan pembicara yang cekatan di dalam diskusi-diskusi di depan balai penghadapan khalif. Beberapa upaya yang dilakukan untuk kemajuan dan perkembangan peradaban islam yaitu yang pertama adalah gerakan penerjemahan kegiatan penerjemahan ini sudah dimulai sejak masa Umayyah dan mengalami perkembangan pesat pada masa Abbasiyah. Para penerjemah tidak hanya dari orang Islam tetapi juga dari kalangan Nasrani di Syiria dan Majusi dari Persia. Pelopor gerakan penerjemah pada awal pemerintahan adalah Khalifah Al-Manshur yang juga membangun ibukota Bahgdad. Pada masa Harun AL-Rasyid dikenal Yuhana Yahya ibn Masawayh yang menerjemahkan beberapa tulisan tangan tentang kedokteran yang dibawa oleh khalifah dari Ankara dan penerjemahan buku-buku ini berjalan kurang lebih satu abad, yaitu kurang lebih mulai tahun 750-850. Cabang ilmu pengetahuan yang diutamakan ialah ilmu kedokteran, optika, geografi, fisika, matematika, astronomi, dan sejarah filsafat. Kedua, membangun Bait al-Hikmah yang merupakan perpustakaan yang juga berfungsi sebagai pusat pembangunan ilmu pendidikan Islam yang berkembang pada masa Harun Al-Rasyid Kuttab atau Maktab yang berarti menulis atau tempat menulis. Pada awalnya Kuttab merupakan pemindahan dari proses pengajaran Al-Qur’an yang berlangsung di masjid yang sifat umumnya berlaku untuk anak-anak dan dewasa. Pendidikan rendah di istana membuat para khalifah menyiapkan anak-anak mereka untuk rencana pendidikan. Pendidikan anak di istana yang meliputi rencana pelajaran dan tujuan di tentukan oleh orang tua murid para pembesar di istana. Toko-toko buku yang berkembang pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Majelis yang diadakan oleh khalifah untuk membahas berbagai macam ilmu pengetahuan. Rumah sakit yang bukan hanya berfungsi untuk merawat dan mengobati orang sakit tetapi juga berfungsi sebagai tempat mendidik tenaga medis. Perpustakaan pada masa Abassiyah tumbuh kembangnya dengan pesat perpustakaan-perpustakaan yang bersifat umum maupun yang sifatnya khusus. Masjid sebagai pusat kegiatan dan informasi bagi kaum muslim termasuk dalam kegiatan pendidikan. Rumah para ulama digunakan untuk berbagi ilmu agama, ilmu umum, dan untuk melakukan perdebatan pembahasan ilmiah. Madrasah yang digunakan sebagai tempat untuk menerima ilmu pengetahuan agama secara teratur dan sistematis. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Penulismenyadari dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam isi maupun penyusunannya, baik dalam penyajian data, bahasa maupun sistematika pembahasannya. Hukum fiqih islam sebagai salah satu aspek kebuadayaan islam mencapai puncak perkembangannya di zaman Khalifah Abbasiyah yang memerintah selama
This study aims to find out various issues ranging from the history of the establishment of the Abbassid dynasty to the development of modern Islamic education, the Islamic world again reached its peak of glory during the reign of the Abbasid Daula which was centered in Baghdad, five and a half centuries since its establishment in 132 H 750 AD. until the destruction of Baghdad by Hulagu Khan in 1268 AD 656 H. The sovereignty of the Muslims in this era has reached the peak of glory, both wealth, progress, or power. Even in this era, various Islamic sciences have been born and developed and various important sciences have been translated into Arabic. It seems that reforming ideas about the education system always get the attention of every reformer thinker. This is because education is an arena of study that never runs dry, because the main problem being discussed is about humans and all their aspects. In addition, the way to achieve the goal of thinking is done, both through formal and non-formal education. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 1, Nomor 1, November 2021; 97-112 SEJARAH DINASTI ABBASSIYAH DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM MASA MODERN Rosanti Salsabila UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Abstract This study aims to find out various issues ranging from the history of the establishment of the Abbassid dynasty to the development of modern Islamic education, the Islamic world again reached its peak of glory during the reign of the Abbasid Daula which was centered in Baghdad, five and a half centuries since its establishment in 132 H 750 AD. until the destruction of Baghdad by Hulagu Khan in 1268 AD 656 H. The sovereignty of the Muslims in this era has reached the peak of glory, both wealth, progress, or power. Even in this era, various Islamic sciences have been born and developed and various important sciences have been translated into Arabic. It seems that reforming ideas about the education system always get the attention of every reformer thinker. This is because education is an arena of study that never runs dry, because the main problem being discussed is about humans and all their aspects. In addition, the way to achieve the goal of thinking is done, both through formal and non-formal education. Keywords development, education, Islam Abstrak Penelitian ini bertujan untuk mengetahui berbagai persoalan mulai dari sejarah berdirinya dinasti Abbassiyah sampai perkembangan Pendidikan Islam masa modern, dunia Islam kembali mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah yang berpusat di Baghdad, lima setengah abad lamanya yaitu sejak bangunnya tahun 132 H 750 M sampai dihancurkannya Baghdad oleh Hulagu Khan pada tahun 1268 M 656 H. Kedaulatan kaum muslimin di zaman ini telah sampai ke puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan, ataupun kekuasaannya. Bahkan pada zaman ini pula, telah lahir dan berkembang berbagai ilmu Islam dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Tampaknya, pemikiran pembaharuan tentang sistem pendidikan, selalu mendapat perhatian dari setiap pemikir pembaharu. Hal ini disebabkan oleh adanya pendidikan itu merupakan arena studi yang tidak pernah kering, karena masalah pokok yang menjadi pembahasannya adalah mengenai manusia dengan segala aspeknya. Di samping itu, jalan untuk mencapai tujuan pemikiran dilakukan, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal. Kata Kunci Perkembangan, Pendidikan, Islam Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan PENDAHULUAN Dalam catatan sejarah, ajaran Islam menghadapi pasang surutnya. Dari masa Rasulullah saw hingga 3 pemerintahan setelahnya kekhalifahan Khulafaur Rashidin, tradisi Umayyah, dan Abbasiyah yang masing-masing pemerintahannya memiliki ciri khas atau perbaikan. Masa ajaran Islam terjadi di tengah masa Rasulullah SAW, kemudian dilanjutkan dengan masa penyempurnaannya, tepatnya pada masa Khulafaur Rasyidin. Puncaknya adalah pada masa Abbasiyah, pemerintahan yang dianggap berasal dari keluarga Nabi Muhammad SAW yang pernah mengalami masa kemenangan di segala Islam ditandai dengan kemajuan pesat ilmu pengetahuan, budaya dan pengajaran Islam. Kemajuan cepat ini didukung oleh kehadiran guru yang menyesuaikan dengan peningkatan ini. Saat itu, pembelajaran logika dibangun sebagai pusat pembelajaran IPA, budaya dan ajaran tengah pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid, ia terlalu dinamis dalam menafsirkan berbagai buku dialek luar ke dalam bahasa Arab. Organisasi interpretasi yang tidak umum didirikan untuk tujuan menafsirkan data dan informasi berbeda yang terkandung dalam buku-buku luar. Tafsir yang dibangun dimotori oleh seorang master, khususnya wadah Yuhana Musawih. Saat itu, bahasa Arab merupakan dialek resmi bangsa dan dialek pengantar di sekolah dan perguruan tinggi, serta menjadi alat atau implikasinya untuk komunikasi PENELITIAN Tipe riset ini ialah riset kualitatif. Sesuai dengan obyek kajian artikel ini, sehingga tipe riset ini tercantum dalam jenis riset kepustakaan library research. Bagi Kaelan, dalam riset kepustakaan kadangkala mempunyai deskriptif serta pula mempunyai karakteristik historis. Metode pengumpulan informasi, dalam perihal ini Mahfud Ifendi, Dinasti Abbasiyah Studi Analisis Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Fenomena, STAI Sanggatta Kutai Timur, Volume 12 Nomor 2, Edisi 2020 Fuad Riyadi, Perpustakaan Bayt Al-Hikmah, “The Golden Age Off Islam”, Jurnal Libraria, STAIN Kudus, Volume 2, Nomor 1, Edisi 2014 Budiyati dan Anisa Dwi Makrufi, Peradaban Islam Periode Daulah Abbasiyah Dalam Meningkatkan Minat Membaca Masyarakat, Jurnal Pendidikan Islam, FITK UIN Malang, Volume 3 Nomor 2, Edisi Januari 2019. Rosanti Salsabila Volume 1, Nomor 1, November 2021 penulis melaksanakan analisis dari berbagai literatur yang ada yang berkaitan dengan lembaga pendidikan Islam di era dinasti Abbasiyah. Berikutnya penyusunan ini ditelaah dengan memakai model analisis interaktif Milles and Huberman, dengan alur reduksi informasi, penataan informasi serta penarikan DAN PEMBAHSAN Sejarah Dinasti Abbasiyah Landasan garis Abbasiyah dimulai dengan runtuhnya tradisi Umayyah yang mendorong runtuhnya garis Umayyah di Damaskus. Dengan segala bentrokan yang ada di dalam tubuh kaum Bani Umayyah, membuat kaum Abbasiyah tampil sebagai pengganti wibawa kaum Muslimin. Konfrontasi pemberontakan otoritas Abbasiyah terhadap Bani Umayyah mendapat kepekaan yang sangat besar dari masyarakat, terutama dari kalangan Syi'ah. Dorongan tersebut datang karena adanya jaminan untuk mendirikan kembali ekuitas seperti yang dilakukan oleh KhulafaurrasyidinDaulah Abbasiyah dibangun, benar-benar atas dasar penyalahgunaan pemegang kendali daulah Umayyah seperti pelanggaran, tandan, suku, klan dan sahabat, serta penganiayaan terhadap Syiah, Hasyimiyah dan pengucilan terhadap Muslim Ajam. Pada saat itu ada perkembangan bawah tanah untuk membantahnya. Di sisi lain, penting bagi Umayyah, bahwa dia adalah orang pertama yang menahan penjara bagi mereka yang terbukti bersalah setelah dijatuhi hukuman dalam persidangan itu. Saat itu, ijtihad dilaksanakan seluas-luasnya tanpa terikat oleh satu orang pun, memang dalam "al-Qadha fi al-Islām" disebutkan bahwa qadhi memilih kasus-kasus tanpa muatan positif atau ijma "ulama pendahulu, baik di dalam kerangka melihat atau dalam bingkai jika dia mengalami kesusahan, maka dia meminta bantuan dari ahli hukum Mesir dan dari antara mereka banyak yang Kaelan, metode penelitian kualitatif interdispliner, Yogyakarta , Indonesia Pradigma, 2010, Nunzairina, Dinati Abbasiyah kemajuan peradaban islam, pendidikan dan kebangkitan kaum intelektual, jurnal sejarah peradaban islam, Fakultas Ilmu Sosial, UIN Sumatera Utara, Volume 3 Nomor, Edisi Januari 2020 Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan dibimbing oleh khalifah dan wali dalam hal ini memutuskan lihat. Muhammad Salam Madkur 1964.Khalifah-khalifah dinasti abbassiyah Dalam perkembangannya Daulah Abbasiyah dibagi menjadi lima periode yakni, Periode Pertama 750 M. - 847 M., yang para khalifah Abbasiyah berkuasa penuh. Periode Kedua 847 M. - 945 M. disebut periode pengaruh Turki. Periode Ketiga 945 M. - 1055 M. pada masa ini daulah Abbasiyah di bawah kekuasaan Bani Buwaihi. Periode Keempat 1055 M. dalam periode ini ditandai dengan kekuasaan Bani Saljuk atas Daulah Abbasiyah. Periode Kelima 1194 M. periode ini khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan dinasti tertentu, mereka merdeka berkuasa akan tetapi hanya di Baghdad dan periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah adalah tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang. Sebenarnya zaman keemasan Bani Abbas telah dimulai sejak pemerintahan Khalifah Abu Ja’far al-Mansur serta pada masa Khalifah al-Mahdi 775-785 M., akan tetapi popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa khalifah Harun al-Rashid 786-809 M. dan putranya al-Ma’mun 813-833 M.. Kekayaan banyak dimanfaatkan Harun al-Rashid untuk keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian- pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Frangky Sulaiman, Peradilan Bani Abbassiyah, Jurnal Ilmiah Asyir’ah, IAIN Manao, Volume 14 Nomor 1, Edisi 2016 Departemen Agama Republik Indonesia, Ensiklopedi Islam I Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997,h. 7-9 Rosanti Salsabila Volume 1, Nomor 1, November 2021 Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. Khalifah-khalifah Bani Abbas secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah- naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di Dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada masa ini. Perkembangan pesat peradaban juga didukung oleh kemajuan ekonomi imperium yang menjadi penghubung Dunia Timur dan Barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam. Pendidikan Pada Masa Bani Abbasiyah Pendidikan adalah bagian terpenting yang tidak dapat dibedakan dari latihan kehidupan manusia di dunia ini. Pendidkan diakui sebagai kekuatan yang dapat menawarkan bantuan orang mencapai kemegahan dan kemajuan peradaban. Orang tidak akan dapat menciptakan budaya mereka dengan sempurna jika tidak didukung oleh Islam mengalami puncak kejayaannya selama periode Abbassiyah. Kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat maju dimulai dengan penafsiran tulisan-tulisan jarak jauh, terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, dasar dari pusat peningkatan ilmu pengetahuan dan perpustakaan serta penataan sekolah yang logis dan taat sebagai hasil dari kesempatan berpikir. Garis Abbassiyah adalah garis Islam yang paling berhasil dalam membangun peradaban Islam. Para ahli sejarah tidak mempersoalkan hasil karya para pakar di tengah kaidah tradisi Abbasiyah dalam memajukan ilmu dan peradaban Asrohah, Sejarah Pendidikan IslamCet. I Jakarta Logos, 1990, hal. 9 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai IndonesiaCet. I; Jakarta Kencana Group, 2007, hal. 5 A. Najili Aminullah, Dinasti Abbassiyah, Politik, Peradaban dan Intelektual, Jurnal Pendidikan Islam, IAIN SMH Banten, Volume 2, Nomor 3, Edisi 2018 Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Kita dapat melihat karakter guru dalam instruksi sempurna yang didambakan oleh darah biru Timur Tengah dari perintah al-Rashid hingga pendidik individu putranya, al-Amin “Jangan terlalu kejam sehingga membahayakan kecerdasan dan tubuhnya, dan jangan terlalu lemah sehingga dia terpeleset dan menutup mulut dengan sikap apatis. Setujui langsung kemampuan Anda dengan cara yang baik dan halus, tetapi jangan ragu untuk bersikap tegas dan tegas saat dia tidak memperhatikan atau mengabaikan Anda.”Kemajuan pendidikan Islam sangat erat kaitannya dengan sejarah Islam, karena metode pengajaran Islam telah berlangsung sepanjang sejarah Islam, dan telah tercipta sejalan dengan peningkatan sosial budaya umat Islam. Melalui sejarah Islam pula, umat Islam dapat meniru pola ajaran Islam di masa lalu, sejak masa Nabi Muhammad SAW, sahabat dan ulama beberapa waktu kemudian. Pakar sejarah mengatakan bahwa beberapa waktu belakangan ini perkembangan sekolah dan perguruan tinggi, sebagai pendidikan instruktif formal, dalam dunia Islam, ajaran Islam nonformal benar-benar tercipta, termasuk seperti etika dan strategi sosial yang berkembang dalam peradaban Islam. Bagaimanapun, peradaban Islam telah memberikan kontribusi yang sangat besar di berbagai bidang, terutama bagi dunia Barat, yang saat ini diterima sebagai pusat peradaban dunia. Komitmen utama ini meliputi 1 Di tengah-tengah abad ke-12 dan sebagian abad ke-13, karya-karya Muslim dalam bidang penalaran, sains, dll. Ditafsirkan ke dalam bahasa Latin, khususnya dari bahasa Spanyol. Penafsiran ini tidak diragukan lagi telah meningkatkan program pendidikan instruktif di dunia Barat. 2 Serli Mahroes, Kebangkitan pendidikan Bani Abbassiyah Perspektif Sejarah Pendidikan Islam, Jurnal Tarbiyah, UIN Sunan Gunung Jati, Volume 1 Nomor 1, Edisi 2015 Masjudin dan Selamet Ridwan, Pola dan Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Dinati Abbasiyah, Jurnal Ta’dib, UIN Malang, Volume 15 Nomor 2, Edisi 2017 Rosanti Salsabila Volume 1, Nomor 1, November 2021 2 Muslim telah membuat uji komitmen terhadap strategi dan hipotesis sains di dunia Barat. 3 Dokumentasi bahasa Arab dan kerangka desimal pada saat yang sama disajikan ke dunia barat. 4 Karya-karya dalam kerangka penerjemahan, khususnya karya-karya Ibnu Sina Ibnu Sina di bidang pengobatan, dimanfaatkan sebagai tulisan dalam ajaran perguruan tinggi hingga pertengahan abad ke-17 M. 5 Peneliti Muslim dengan karya-karyanya yang berbeda-beda telah menyemarakkan kebangkitan. Tujuan Pendidikan Pada Dinasti Abbassiyah Tujuan pendidikan pada dinasti Abbassiyah adalah tujuan yang akan dicapai dalam usaha pendidikan, satu-satunya konsep tujuan instruktif adalah mengubah apa yang instruktif mempersiapkan kebutuhan dan upaya, baik dalam perilaku individu maupun kehidupan yang menggabungkan perspektif pribadi, sosial dan tersebut dapat diringkas sebagai berikut a Tujuan keagamaan dan etika Seperti pada jaman dulu, anak-anak diajar untuk membaca atau menghafal Alquran, hal ini seringkali merupakan komitmen dalam beragama, sehingga mereka mengikutinya setelah hikmah yang taat dan beretika. menyetujui agama. b Tujuan komunitas Pemuda pada saat itu ditelaah dan dipertimbangkan agar mereka dapat mengubah dan memajukan masyarakat, dari masyarakat yang penuh kebodohan menjadi masyarakat yang memancarkan informasi, dari masyarakat yang menarik diri menuju masyarakat yang maju dan makmur. Untuk mencapai itu, informasi yang Wasito, Pendidikan Islam dan Peradaban Dunia dalan Kajian Daulah Abbassiyah, Jurnal Pendidikan Islam, IAIT Kediri, Volume 26 Nomor 1, Edisi 2015 Oemar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta Bulan Bintang, 1979, hlm 398-399. Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan diajarkan di madrasah tidak seperti ilmu agama dan bahasa arab, justru informasi umum yang berharga diajarkan untuk kemajuan masyarakat. c Cinta Ilmu Masyarakat pada waktu itu belajar untuk mengantisipasi apa-apa selain dari pada menyebarkan informasi. Mereka pindah ke seluruh negeri Muslim untuk mempertimbangkan meskipun perjalanan hati-hati yang biasanya dilakukan dengan berjalan kaki atau mengendarai keledai. Tujuan mereka tidak lain adalah memenuhi kebutuhan mereka menuntut ilmu. d Tujuan materi Pada saat itu mereka sedang mempertimbangkan untuk mencari nafkah yang layak dan pangkat yang tinggi, memang jika mungkin mendapatkan kemegahan dan kekuasaan di dunia ini, seperti beberapa hal yang ditunjukkan di masa sekrang Pendidikan Dasar Kuttab pada Masa Daulah Abbasiyah Harus diakui, lembaga-lembaga pendidikan pada masa Abbasiyah terdiri dari lembaga pendidikan yang sudah lama terbentuk bahkan sejak masa Rasulullah maupun lembaga pendidikan hasil bentukan penguasa Abbasiyah. Kuttab misalnya sudah ada sejak masa Rasulullah. Bahkan jauh sebelum itu, kuttab telah ada di Negeri Arab sebelum datangnya agama Islam, tetapi belum begitu dikenal. Dalam bentuk awalnya, tempat ini hanya berupa ruangan di tempat guru. Dalam perkembangan selanjutnya dengan semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam dan semakin banyaknya orang yang pandai membaca dan menulis maka keberadaan ruang di rumah guru ini semakin terasa tidak memadai untuk menampung jumlah anak yang semakin banyak. Kondisi ini mendorong para guru dan orang tua murid untuk mencari tempat belajar yang lebih lapang dan luas untuk ketenteraman anak dalam belajar. Oleh karena itulah maka dipilih sudut-sudut masjid atau ruangan yang berhubungan dengan perkembangannya, kuttab-kuttab ini mengalami pergeseran tempat dan fungsinya. Di samping yang diadakan di mesjid, terdapat pula yang diadakan di luar masjid dalam bentuk madrasah dan dapat menampung jumlah siswa yang Mamud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta PT. Hidakarya Agung, 1990, hlm. 46 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3 Cet. II; Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003, h. 86. Rosanti Salsabila Volume 1, Nomor 1, November 2021 banyak. Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, kuttab menjadi tempat belajar bagi pendidikan tingkat tinggi dan menengah. Hal ini berbeda dengan keberadaan pada masa sebelumnya yang fungsinya sebagai tempat memberikan pelajaran menulis dan membaca bagi anak-anak6 atau lembaga pendidikan pendidikan lain yang digunakan adalah masjid. Masjid adalah suatu bangunan, gedung, atau suatu lingkungan yang dikelilingi pagar yang didirikan secara khusus sebagai tempat beribadah kepada Allah Swt, khususnya mengerjakan Fungsi masjid ini di samping untuk shalat lima waktu, shalat sunnat dan ibadah-ibadah lainnya, serta digunakan juga untuk kegitan syiar Islam, mengajarkan agama Islam, pengajian, dan kegiatan lain baik politik maupun sosial. Dalam perkembangannya, hampir semua masjid menjadi tempat halaqah, bahkan masjid dapat menyelenggarakan beberapa halaqah. Pada zaman Abbasiyah, fungsi politik masjid mulai ditinggalkan. Seluruh urusan negara diselesaikan di istana. Masjid hanya difungsikan sebagai tempat pertemuan ilmiah bagi para sarjana dan ulama, juga untuk mendalami ilmu-ilmu agama dalam berbagai mazhab. Dengan kata lain, tempat ini biasa digunakan untuk pendidikan tingkat tinggi dan untuk takhasus Madrasah juga tidak ketinggalan dalam memberikan andil pada kemajuan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah. Pada masa ini lahir lembaga al-madrasah yang secara harfiah berarti "sekolah". Al-Madaris bentuk plural madrasah secara umum terdiri dari pendidikan pertama, menengah, dan tinggi. Adalah Nizamul Mulk yang mula-mula mendirikan nama madrasah. Madrasah ini diberi nama Madrasah Nizamiyah dan Madrasah Hanafiyah di dengan itu terdapat pula Madrasah Tajiyah di Baghdad, Madrasah Mustansiriah, dan Madrasah al-Nuriyah al-Qubra di Siria yang dikenal sebagai pendidikan masa ini lembaga madrasah berkembang di berbagai kota seperti Baghdad, Baikh Muro, Thabristan, Nisabur, Isfahan, Basrah, Musil dan di kota-kota besar lainnya. Lembaga lain yang didirikan pada masa Abbasiyah adalah Soekarna Karya, Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam Cet. III; Jakarta Logos Wacana Ilmu, 1996, h. 75. Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modemisasi Menuju Milenium Baru Jakarta Logos Wacana Ilmu, 2002, h. 23. Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Bait alHikmah. Lembaga telah dirintis sejak masa Khalifah Harun al-Rasyid, kemudian diteruskan dan disempurnakan oleh Khalifah al-Makmun14 . Keberadaan Bait al-Hikmah sebagai lembaga pendidikan Islam sangat penting pada masa Abbasiyah. Lembaga ini merupakan tempat belajar terbesar, di dalamnya terdapat sebuah perpustakaan yang sangat lengkap, ruang-ruang untuk belajar, tempat tinggal para penerjemah, tempat-tempat pertemuan para ilmuan untuk mengadakan diskusi-diskusi ilmiah, juga tempat untuk pengamatan bintang. Lembaga ini didirikan di samping sebagai lembaga penerjemahan karya-karya kuno dari bahasa Yunani dan Suriah ke dalam bahasa Arab juga sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Menurut Azyumardi Azra, Bait al-Hikmah adalah semacam lembaga riset untuk pengembangan lembaga-lembaga pendidikan tersebut, ada juga tempat belajar khusus seperti istana khalifah dan pembesar-pembesar, toko-toko buku, rumah-rumah ulama, majelis sastra, badiah Dusun Badwi, perpustakaan, ribath dan rumah Pendidikan Masa Dinasti Abbasiyah Tak dapat disangkal, metode merupakan salahsatu cara yang digunakan pendidik agar pelajaran yang disajikan dapat dikuasai oleh peserta didik. Salahsatu metode yang sering digunakan adalah halaqah. Halaqah menurut Nakosteen dalam Soekarna Karya, adalah sistem kegiatan proses perkuliahan di madrasah di mana Syaikh duduk di dekat dinding atau pilar yang memungkinkan untuk bersandar dan mahasiswa duduk di depannya membentuk setengah lingkaran. Mahasiswa yang lebih pintar atau lebih tinggi pengetahuannya duduk dekat dengan Syaikh. Hal ini memungkinkan tumbuhnya motivasi untuk meraih kedudukan mulia itu dengan belajar lebih keras. Setiap halaqah maksimal 20 orang. Sedangkan proses halaqah terdiri dari 4 langkah. Langkah pertama; Syaikh membuka halaqah dengan didahului doa. Langkah kedua; Syaikh mengemukakan komentar atas topik, tema atau pokok bahasan tertentu. Langkah ketiga; imlak atau dikte dengan penjelasan dari Syeikh. Langkah Azyumardi Azra, op. cit., h. 23. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Cet VII; Jakarta Hidakarya Agung, 1992, h. 81 Rosanti Salsabila Volume 1, Nomor 1, November 2021 keempat; diskusi. Pada langkah ini mahasiswa didorong untuk bertanya dan mengemukakan pendapat dengan bebas sehingga sering terjadi perbedaan pandangan antara Syeikh dan mahasiswa. Langkah kelima; Syaikh memeriksa catatan/kesimpulan yang dibuat mahasiswa, memberi anjuran untuk baca kitab, dan sebagainya. Perkembangan Pendidikan pada Masa Dinasti Abbasiyah Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang. Kemajuan yang paling mencolok terjadi pada bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kajian-kajian kritis tentang ilmu pengetahuan banyak dilakukan sehingga ilmu pengetahuan baik yang aqliah maupun naqliah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Tak dapat disangkal, majunya perkembangan ilmu pengetahuan saat itu karena faktor keinginan dan campurtangan penguasa yang secara intensif menaruh perhatian yang sering terhadap karya-karya hasil peradaban. Di samping itu, adanya dukungan penuh dari para hartawan bahkan orang lemah sekalipun. Oleh karena itu, para hartawan, Raja-raja, Pangeran-pangeran dan lapisan lain dalam masyarakat menyerahkan istana dan gedung mereka untuk dijadikan pusat kebudayaan yang dilengkapi dengan perpustakaan yang menghimpun ratusan buku. Untuk merealisasikan keinginan-keinginan para penguasa maka didirikanlah lembaga-lembaga pembangunan peradaban dan kebudayaan Islam menjadi perhatian dari Daulah ini ketimbang perluasan wilayah sebagaimana Daulah terdahulu. Oleh karena itu, berbagai hasil peradaban dunia mewarnai dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan Islam. Kebudayaan Persia datang dengan tradisi keilmuan dan pemerintahan. Bahkan banyak penulis Persia mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Abu Hanifah mempelopori bidang hukum Islam, Sibawaih dengan gramatika dan al-Kisa'i di bidang qira'at. India memperkaya khazanah Islam dengan ilmu kedokteran, ilmu perbintangan, dan matematika. Sedangkan Yunani paling banyak mempengaruhi khazanah peradaban Islam Jundisapur dalam bidang Fuad Mohd. Fachruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam Jakarta Bulan Bintang, 1985, h. 87. Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan kedokteran, Iskandariyah dalam bidang filsafat, Harran dalam bidang filsafat dan ilmu ilmu pengetahuan pada masa ini melahirkan berbagai gerakan ilmiah. Di samping gerakan penterjemahan, pusat-pusat ilmu pengetahuan juga dibuka di berbagai kota, Ilmu-ilmu dipelajari dan dikaji. Oleh karena itu, tidak heran pada masa ini lahirlah para filosof muslim Abu Ishak al-Kindi dengan ilmu mantiq, filsafat, handasah, hisab, musik, nujum, dan lain-lain; Abu Nashr Muhammad bin Muhammad Tharkhan al-Farabi dengan 12 buku karangannya al-Rais Abu al-Husain bin Abdullah atau Ibnu Sina yang menghidupkan jejak filsafat Aristoteles dan Plato serta terkenal dengan ilmu aqli; Abu Bakar Muhammad bin Yahya atau Ibnu Bajah, Abu Bakar bin Abdul Malik bin Thufail; Ibnu Rusyd dan al-Abhary. Mereka mengembangkan ilmu yang berhubungan dengan filsafat. Di bidang astronomi perkembangannya juga sangat pesat, ilmu falak dan ilmu nujum bintang memegang peranan penting dalam menentukan garis politik oleh para khalifah dan amir yang mendasarkan perhitungan kerjanya pada peredaran bintang. Di antara yang termashur antara lain Abu Manshur al-Falaky dengan karyanya Isbat al-Ulum dan Hai'at al-Falak; Jabir Batany menciptakan alat peneropong bintang ajaib; Abu Hasan dan Raihan Bairuny. Bidang kedokteran Islam mengalami puncak tertinggi dan telah melahirkan dokter terkenal. Mereka antara lain Ibnu Miskawaihi yang memiliki karya kedokteran yang tidak sedikit jumlahnya, Ibnu Sahal pengarang buku Thib dan farmasi sekaligus sebagai direktur Rumah Sakit Jundaisabur; Abu Bakar al-Razy ketua dokter-dokter Rumah Sakit di Baghdad, bahkan karangannya tentang kedokteran bernilai tinggi sampai sekarang; Ali bin Abas dokter pribadi Abdul al-Daulah al-Buwaihi; dan Ibnu Sina seorang filosof dan dokter yang sangat canggih dan masyhur. Kajiankajian keilmuan pada masa ini juga melingkupi bidang sastra, ilmu pasti, kimia dan ilmu sejarah. Yang tidak kalah menarik akibat penerjemahan-penerjemahan ilmu ke dalam bahasa Arab, juga telah melahirkan kemajuan di bidang ilmu agama Islam. Paling tidak, sebagian ilmu-ilmu Islam telah mengalami perubahan, perkembangan dan kemajuan pesat. Dalam bidang tafsir misalnya, sejak awal dikenal dua metode Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, h. 6-7 Rosanti Salsabila Volume 1, Nomor 1, November 2021 penafsiran, yaitu Tafsir bi al-Matsur dan Tafsir bi alRa'yi. Yang disebut kedua ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Demikian pula pada ilmu fiqh terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika sangat mempengaruhi kedua ilmu ini baik fiqh maupun tafsir. Di samping itu, muncul pula imamimam ahli fiqh semisal Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hambal. Bahkan para ahli tafsir dan hadis juga bermunculan. Imam Bukhary, Imam Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, alTirmizi, al-Nasa'i, al-Naisabury, al-Razi, al-Ajiry, dan al-Baihaqy merupakan representasi imam-imam hadis yang rela menghabiskan umurnya dengan tekun mempelajari dan mengarang ilmu hadis. Demikian pula para mufassirin yang terdiri dari golongan ahli tafsir bi al-matsur al-Thabary, Ibnu Athiyah, al-Suda'i, Mupati bin Suleman, dan Muhammad bin Ishak. Sedangkan dari golongan ahli tafsir bi al-ra'yi adalah Abu Bakar. Perkembangan Pendidikan Islam Zaman Modern Dalam perkembangan selanjutnya, terutama setelah memasuki abad ke19 masehi, dunia Islam memasuki abad kebangkitan dan kemodernan. Semangat kebangkitan ini didorong oleh dua faktor, yaitu 1. Alquran mendorong manusia untuk berpikir dan mengadakan perenungan, bahkan menyuruh manusia untuk memikirkan dan mengeluarkan rahasia yang ada dalam alam semesta ini. 2. Adanya dorongan kemajuan berupa perkembangan IPTEK ilmu pengetahuan dan teknologi yang memasuki dunia Islam. Hal itu dilatarbelakangi oleh adanya kontak antara dunia Islam dengan dunia Barat, yang selanjutnya membawa ide baru, seperti rasionalisme dan pembaharuan yang menjadi perhatian para pemikir Islam, di antaranya ialah pemurnian tauhid, politik, ekonomi, sosial budaya, kemiliteran, sains dan teknologi, emansipasi wanita, serta sistem Pendidikan. Philip K. Hitty, History of the Arabs London The Machmillan Press, 1970, h, 324. Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Tampaknya, pemikiran pembaharuan tentang sistem pendidikan, selalu mendapat perhatian dari setiap pemikir pembaharu. Hal ini disebabkan oleh adanya pendidikan itu merupakan arena studi yang tidak pernah kering, karena masalah pokok yang menjadi pembahasannya adalah mengenai manusia dengan segala aspeknya. Di samping itu, jalan untuk mencapai tujuan pemikiran dilakukan, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal. Gerakan kebangkitan kembali dunia Islam, telah menjalar ke Indonesia, termasuk pelaksanaan pendidikan Islam. Pertumbuhan pendidikan Islam di Indonesia, dapat diketahui dengan menelusuri sejarahnya sejak zaman kedatangan Islam sampai sekarang. Harun Nasution menyebutkan bahwa pada zaman kolonial Belanda, tersedia beraneka ragam bagi orang Indonesia untuk memenuhi kebutuhan berbagai lapisan masyarakat. Ciri khas dari sekolah-sekolah itu ialah tidak adanya hubungan yang baik di antaranya. Namun lambat laun, sekolahsekolah yang terpisah itu terjalin hubungan yang erat, sehingga terdapat suatu sistem yang menunjukkan perkembangan selanjutnya, sistem pendidikan Islam semakin berkembang dan terpadu. Hal ini ditandai oleh masuknya ilmu agama pada sekolah-sekolah umum dan masuknya ilmu-ilmu umum pada madrasahmadrasah, bahkan pada perkembangan terakhir telah lahir beberapa madrasah dan pondok pesantren modern. Perlunya sarana pendidikan Islam, diperuntukkan bagi sebagian masyarakat Islam yang ingin mempelajari agamanya secara mendalam. Tentang hal ini, telah ditegaskan dalam Islam adalah pendidikan yang sangat ideal, yaitu menyelaraskan antara pertumbuhan fisik dan psikhis, jasmani dan rohani, pengembangan individu dan masyarakat, serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jakarta UI-Perss, 1978, h. 78. 122 menyebutkan bahwa, “… Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama …”. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Jakarta Proyek Pengadaan Kitab Suci AlQur’an, 1985/1986, h. 301-302. Rosanti Salsabila Volume 1, Nomor 1, November 2021 Pendidikan Islam merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dengan membimbing dan mengasuh peserta didik agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam. Karenanya, peningkatan sumber daya manusia tetap berkesinambungan dengan peningkatan kualitas iman dan takwa, kualitas ibadah, kualitas ilmu dan teknologi, serta kualitas zikir dan doa kepada Allah Swt. Konsep pendidikan seperti itulah yang dilaksanakan pada zaman klassik Islam, sehingga umat Islam pada saat itu menjadi umat yang maju dalam ilmu agama dan sains, bahkan pernah menjadi umat yang adikuasa DAFTAR PUSTAKA A. Najili Aminullah, Dinasti Abbassiyah, Politik, Peradaban dan Intelektual, Jurnal Pendidikan Islam, IAIN SMH Banten, Volume 2, Nomor 3, Edisi 2018 Azyumardi Azra, op. cit., Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modemisasi Menuju Milenium Baru Jakarta Logos Wacana Ilmu, 2002 Budiyati dan Anisa Dwi Makrufi, Peradaban Islam Periode Daulah Abbasiyah Dalam Meningkatkan Minat Membaca Masyarakat, Jurnal Pendidikan Islam, FITK UIN Malang, Volume 3 Nomor 2, Edisi Januari 2019. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3 Cet. II; Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Frangky Sulaiman, Peradilan Bani Abbassiyah, Jurnal Ilmiah Asyir’ah, IAIN Manao, Volume 14 Nomor 1, Edisi 2016 Fuad Mohd. Fachruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam Jakarta Bulan Bintang, 1985 Fuad Riyadi, Perpustakaan Bayt Al-Hikmah, “The Golden Age Off Islam”, Jurnal Libraria, STAIN Kudus, Volume 2, Nomor 1, Edisi 2014 Harun Asrohah, Sejarah Pendidikan IslamCet. I Jakarta Logos, 1990 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jakarta UI-Perss, 1978 Hoeve, 1997 Kaelan, metode penelitian kualitatif interdispliner, Yogyakarta , Indonesia Pradigma, 2010, Mahfud Ifendi, Dinasti Abbasiyah Studi Analisis Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Fenomena, STAI Sanggatta Kutai Timur, Volume 12 Nomor 2, Edisi 2020 Rosanti Salsabila ALSYS Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Cet VII; Jakarta Hidakarya Agung, 1992, Mamud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta PT. Hidakarya Agung, 1990, Masjudin dan Selamet Ridwan, Pola dan Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa Dinati Abbasiyah, Jurnal Ta’dib, UIN Malang, Volume 15 Nomor 2, Edisi 2017 Nunzairina, Dinati Abbasiyah kemajuan peradaban islam, pendidikan dan kebangkitan kaum intelektual, jurnal sejarah peradaban islam, Fakultas Ilmu Sosial, UIN Sumatera Utara, Volume 3 Nomor, Edisi Januari 2020 Oemar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta Bulan Bintang, 1979 Philip K. Hitty, History of the Arabs London The Machmillan Press, 1970 122 menyebutkan bahwa, “… Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama …”. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Jakarta Proyek Pengadaan Kitab Suci AlQur’an, 1985/1986 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai IndonesiaCet. I; Jakarta Kencana Group, 2007 Serli Mahroes, Kebangkitan pendidikan Bani Abbassiyah Perspektif Sejarah Pendidikan Islam, Jurnal Tarbiyah, UIN Sunan Gunung Jati, Volume 1 Nomor 1, Edisi 2015 Soekarna Karya, Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam Cet. III; Jakarta Logos Wacana Ilmu, 1996 Wasito, Pendidikan Islam dan Peradaban Dunia dalan Kajian Daulah Abbassiyah, Jurnal Pendidikan Islam, IAIT Kediri, Volume 26 Nomor 1, Edisi 2015 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this WasitoDinasti Abbasiyah adalah dinasti terlama dalam sejarah peradaban Islam setelah dinasti Umayyah. Sekitar lebih dari 5 abad, dan juga merupakan dinasti yang mengantarkan Islam pada masa keemasan-nya. Dinasti Abbasiyah juga merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan peradaban Islam. Namun demikian, tidak dipungkiri bahwa pemerintah Abbasiyah merupakan pemrintah yang komplek, seperti permasalahan politik yang dihadapinya yaitu permasalahan kudeta, penmbrontakan dan juga pembentukan dinasti-dinasti baru. Awalnya, Abbasiyah merupakan pemimpin tunggal di daerah AzraPendidikan IslamAzyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modemisasi Menuju Milenium Baru Jakarta Logos Wacana Ilmu, 2002Frangky SulaimanPeradilan Bani AbbassiyahFrangky Sulaiman, Peradilan Bani Abbassiyah, Jurnal Ilmiah Asyir'ah, IAIN Manao, Volume 14 Nomor 1, Edisi 2016Fuad RiyadiPerpustakaan Bayt Al-HikmahFuad Riyadi, Perpustakaan Bayt Al-Hikmah, "The Golden Age Off Islam", Jurnal Libraria, STAIN Kudus, Volume 2, Nomor 1, Edisi 2014Sejarah Pendidikan Islam Cet VIIMahmud YunusMahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Cet VII; Jakarta Hidakarya Agung, 1992,kemajuan peradaban islam, pendidikan dan kebangkitan kaum intelektual, jurnal sejarah peradaban islamDinati NunzairinaAbbasiyahNunzairina, Dinati Abbasiyah kemajuan peradaban islam, pendidikan dan kebangkitan kaum intelektual, jurnal sejarah peradaban islam, Fakultas Ilmu Sosial, UIN Sumatera Utara, Volume 3 Nomor, Edisi Januari 2020Kebangkitan pendidikan Bani Abbassiyah Perspektif Sejarah Pendidikan IslamSerli MahroesSerli Mahroes, Kebangkitan pendidikan Bani Abbassiyah Perspektif Sejarah Pendidikan Islam, Jurnal Tarbiyah, UIN Sunan Gunung Jati, Volume 1 Nomor 1, Edisi 2015 .
  • 5818rll9ut.pages.dev/312
  • 5818rll9ut.pages.dev/430
  • 5818rll9ut.pages.dev/361
  • 5818rll9ut.pages.dev/388
  • 5818rll9ut.pages.dev/217
  • 5818rll9ut.pages.dev/354
  • 5818rll9ut.pages.dev/235
  • 5818rll9ut.pages.dev/272
  • uraikan tingkat pertama proses penulisan buku pada masa abbasiyah